Anak jalanan dengan berbagai konflik dan stigma yang melekat di masyarakat, membuat anak jalanan menjadi sosok yang terus menjadi bahan diskusi dengan permasalahan yang sulit dipecahkan. Masalah yang saat ini masih menjadi perhatian berbagai pihak adalah mengenai kekerasan yang dialami anak jalanan khususnya anak jalanan perempuan. Berbagai resiko yang mengancam anak jalanan perempuan antara lain pelacuran, perkosaan, pelecehan seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit menular seksual, dan berbagai persoalan psikososial lainnya.
Fenomena anak jalanan sebetulnya sudah menjadi perhatian tersendiri, namun saat ini semakin menjadi perhatian dunia seiring dengan meningkatnya jumlah anak jalanan di berbagai kota besar di dunia. Faktor yang mendorong anak turun ke jalan terbagi dalam tiga tingkatan, yakni:
- Tingkat mikro memberikan penjelasan bahwa anak memilih untuk turun ke jalanan lebih dilatar belakangi oleh anak itu sendiri dan dari keluarga.
- Dari anak yaitu seperti lari dari rumah (sebagai contoh anak yang selalu hidup dengan orang tua yang terbiasa dengan menggunakan kekerasan, seperti sering menampar, memukul, menganiaya karena kesalahan kecil, jika sudah melampaui batas toleransi anak, maka anak cenderung memilih keluar dari rumah dan hidup di jalanan), disuruh bekerja dengan kondisi masih sekolah atau disuruh putus sekolah, berpetualang, atau bermain-main.
- Dari keluarga adalah penelantaran, ketidakmampuan orangtua menyediakan kebutuhan dasar, salah perawatan dari orang tua sehingga mengalami kekerasan di rumah (child abuse), serta kesulitan berhubungan dengan keluarga karena terpisah dari orangtua.
- Permasalahan atau sebab-sebab yang timbul baik dari anak maupun keluarga ini saling terkait satu sama lain.
- Tingkat messo memberikan penjelasan bahwa anak turun ke jalanan dilatar belakangi oleh faktor masyarakat (lingkungan sosial) seperti kebiasaan yang mengajarkan untuk bekerja, sehingga suatu saat menjadi keharusan kemudian meninggalkan sekolah. Sebab yang dapat diidentifikasikan ialah pada komunitas masyarakat miskin, anak-anak adalah aset untuk membantu meningkatkan ekonomi keluarga. Oleh karena itu anak-anak diajarkan untuk bekerja pada masyarakat lain seperti pergi ke kota untuk bekerja, hal ini sudah menjadi kebiasaan pada masyarakat dewasa dan anak-anak.
- Tingkat yang terakhir, yakni tingkat makro memberikan penjelasan seperti peluang pekerjaan pada sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal dan keahlian yang besar, biaya pendidikan yang tinggi dan perilaku guru yang diskriminatif, dan belum adanya kesamaan persepsi instansi pemerintah terhadap anak jalanan. Oleh karenanya, anak dengan keterbatasan kemampuan yang dimilikinya cenderung memilih untuk turun kejalanan yang tidak memerlukan keahlian besar.
Situasi anak jalan di Indonesia cukup memprihatinkan karena sampai saat ini masalah-masalah anak khususnya pada anak-anak yang berada di jalanan belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Anak jalanan merupakan seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan psikis) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya.
Anak jalanan perlu memperoleh perhatian dari semua jajaran masyarakat. Barangkali yang lebih perlu diperhatikan adalah anak jalanan yang muncul dengan terpaksa karena mereka ini pada hakekatnya kehilangan hak secara fisik, psikologis, ekonomi dan perilaku sosialnya.
Perilaku sosial anak sangat dipengaruhi oleh tempat dia tinggal atau bergaul. Perilaku anak jalanan selalu berada dalam situasi rentan dalam segi perkembangan fisik, mental, sosial bahkan nyawa mereka. Melalui stimulasi tindakan kekerasan terus menerus, terbentuk sebuah nilai-nilai baru yang cenderung mengedepankan kekerasan sebagai cara untuk mempertahakan hidup. Disamping itu anak jalanan dengan keunikan kerangka budayanya, memiliki tindak komunikasi yang berbeda dengan anak yang normal. komunikasi intra budaya anak jalanan dapat menjelaskan tentang proses, pola, perilaku, gaya, dan bahasa yang digunakan mereka. aspek-aspek tersbut tampak manakala berkomunikasi sesama teman, keluarga, petugas keamanan dan ketertiban, pengurus rumah singgah, dan lembaga pemerintah. Anak jalanan yang sudah terbiasa dalam lingkungan rumah singgah dan anak jalanan yang “liar”, memiliki perilaku yang berbeda dan komunikasi yang berbeda.
Perilaku sosial anak jalanan yang dikenal dan diketahui oleh masyarakat yaitu tidak baik, karena perubahan sikap, cara komunikasi yang kasar, memaksa, brutal, tata cara bicara yang buruk, gaya bahasa, pakaian yang tidak rapi, rambut yang di warnai membuat masyarakat tidak senang dengan anak jalanan.
Partisipasi masyarakat dapat dilihat dari bentuk keterlibatan masyarakat dalam mengatasi masalah anak jalanan. Keterlibatan masyarakat dalam mengatasi masalah anak jalanan dapat dilihat dengan adanya panti-panti atau Rumah Perlidungan Sosial Anak yang didirikan berdasarkan inisiatif masyarakat dan dikelola secara swadaya.
Upaya yang dapat dilakukan Pemerintah yaitu dengan membentuk kerja sama yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Satpol PP, Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak, Dinas ketenagakerjaan, Dinas PMD dan serta Dinas lainnya yang dapat menyuarakan dan mendukung program agar anak jalanan dapat tinggal di rumah singgah, memberikan keterampilan dan bahkan pekerjaan bagi anak jalanan setelah mereka menyelesaikan pendidikan. Adanya kerja sama dengan pihak lain diharapkan dapat menunjang pelaksanaan program penanganan anak jalanan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
Penanganan yang dapat dilakukan jika anak jalanan mempunyai keluarga adalah mengedukasikan kepada mereka pentingnya pendidikan, keterampilan dan menjelaskan jika keluarga memiliki peranan penting untuk masa depan mereka, komunikasi terbaik dapat dilaksanakan agar anak bisa merasa nyaman dengan keluarganya hingga bermain boleh namun tidak untuk nongkrong berlebihan bahkan tinggal di jalanan seperti taman dan lapangan hingga berhari-hari, anak memerlukan pendampingan untuk menuju capaian yang mereka inginkan.
Kepahiang, Juni 2021
Penyuluh Sosial Pertama
Dinas Sosial Kab. Kepahiang
Yosi Ermalena, S.Si
NIP. 198806202015052001